Wireless charging sebenarnya
bukan konsep baru. Ilmuwan abad ke-19 Nikolai Tesla pernah mendemonstrasikan
bahwa daya listrik bisa ditransmisikan secara nirkabel lebih dari 100 tahun
yang lalu, tetapi konsep tersebut belum banyak dikembangkan.
Seperti namanya, wireless
charging adalah pengisian ulang baterai tanpa kabel. Tidak ada lagi kabel yang
dicolokkan dari sumber listrik ke smartphone. Namun saat ini sejumlah perusahaan
besar (ada 120 perusahaan) termasuk Sony, Nokia, Texas Instruments, dan Samsung
telah membentuk Wireless Power Consortium (WPC) untuk mempromosikan wireless
charging berbasis teknologi induksi.Hasilnya adalah standar Qi (dibaca chi,
yang berasal dari Bahasa Cina yang berarti energi).
Pada awal September 2012 lalu WPC
mengumumkan telah mensertifikasi 110 produk konsumer mulai dari smartphone,
charging pad, game controller, perekam Blu-ray Disc, charger telepon untuk
mobil, jam, sampai modul charger yang dapat dipasang di meja dan furnitur
lainnya.
Bagaimana cara melakukan isi
ulang baterai pada perangkat yang kita miliki? Sebuah perangkat bersertifikat
Qi dapat di-charge dengan menempatkannya di bantalan charger berlogo Qi.
Kenyataannya teknologi ini tidak sepenuhnya wireless karena untuk mengisi
baterai, Charger Pad (bantalan charger) masih harus terhubung ke stop kontak.
Indonesia sendiri telah hadir
Nokia Lumia 920 dan Nokia 820 yang mendukung pengisian baterai secara wireless.
Lalu ada Samsung Galaxy S4 dan dikabarkan iPhone 5s juga akan menerapkan
teknologi ini. Kabarnya pengguna harus membeli back cover dan aksesori charging
pad agar dapat mengisi ulang ponsel mereka tanpa harus mencolokkan kabel. Perlu
dicatat juga Samsung adalah anggota dari standar yang dijalankan Aliansi Energi
Wireless seperti Qualcomm, Broadcom dan lainnya. Samsung dan Apple adalah dua
perusahaan yang sedang mengerjakan wireless charging ini pada smartphone 2013
mereka.
Nokia telah berkolaborasi dengan
Fatboy untuk menyediakan bantalan (pad) pengisi ulang baterai. Vendor
smartphone asal Finlandia ini telah pula bekerja sama dengan maskapai
penerbangan Virgin Atlantic dan jaringan gerai Coffee Bead & Tea Leaf untuk
menyediakan pad isi ulang baterai gratis kepada para pengguna Lumia 920.
Samsung melaporkan mereka sedang
mencari Qi dari Wireless Power Consortium yang merupakan pilihan paling popular
dengan anggotanya seperti Nokia, Motorola, LG dan HTC. Standar apapun yang
dijadikan acuan, Samsung tidak akan mengintegrasikan teknologi ini pada Galaxy
S IV mereka, tetapi akan menyediakannya untuk back cover (Nokia Lumia 820).
Sudah tersedia juga Qi charger kits untuk Galaxy S
III dari pihak ketiga, tetapi perangkat tersebut bukan
perangkat resmi dari Samsung.
Apple juga dikabarkan akan
menggunakan teknologi wriless charging ini pada produknya, tetapi perusahaan
ini dikabarkan akan meyajikan dengan solusi rumahan, yang merupakan salah satu
karakter dari raksasa Cupertino tersebut.
Menurut pihak dalam, Apple sedang
menginvestigasi implementasi teknologi tersebut untuk diterapkan sebagai
perangkat tambahan dibandingkan menyatukannya pada iPhone 5S.
Dalam waktu kurang dari seminggu
kita akan segera mengetahui apakah wireless charging ini akan menjadi
bagian Galaxy S IV dan seperti apa jenisnya? Sedangkan Apple sendiri, belum
dapat diketahui kapan akan mulai mengimplementasi teknologi ini. Wireless charging sebenarnya bukanlah
barang baru. Smartphone Palm Pre yang diluncurkan pada tahun 2009 sudah
menyediakan opsi wireless charging. Tetapi hingga sekarang masih jarang
smartphone yang menawarkan charger nirkabel.
Apakah fasilitas wireless
charging pada smartphone kurang menarik? Nyatanya Intel sekarang sedang
mengembangkan ekosistem wireless charging. Intel berencana mengintegrasikan
solusi wireless charging pada notebook, ultrabook, PC desktop, dan lainnya
sehingga pengguna nantinya dapat mengisi ulang baterai smartphone mereka dengan
mendekatkannya ke PC atau notebook yang sedang dipakai.
Caranya, pengguna menjalankan
software pengaktif wireless charging pada komputer mereka dan meletakkan
smartphone tersebut di sampingnya (dengan jarak sekitar 1 inci). Sambil bekerja
di komputer, pengguna mengisi ulang baterai smarphone mereka. Guna mewujudkan rencananya tersebut, Intel
telah menunjuk Integrated Device Technology (IDT) untuk mengembangkan chipset
untuk modul wireless charging. Chipset tersebut natinya dapat dipakai pada
modul transceiver (pada komputer) dan reciever (pada smartphone atau peranti
lain).
Dengan chipset ini, menurut IDT,
akan ada efisiensi biaya karena pengurangan jumlah komponen elektronik pada
modul wireless charging. Sebenarnya
teknologi yang digunakan wireless charging bukanlah temuan baru. Teknologinya
sama dengan yang digunakan pada dinamo pembangkit listrik atau transformator
penaik/penurun tegangan.
Semua perangkat tersebut
sama-sama menggunakan hukum Fisika, yaitu bila suatu kumparan kawat dialiri
listrik maka akan timbul medan magnet. Sebaliknya, bila suatu kumparan dikenai
dengan medan magnet, maka akan timbul aliran listrik pada kawat kumparan.
Dengan cara yang sama, charger
yang berupa kumparan dialiri listrik. Sehingga timbul medan magnet di
sekitarnya. Medan magnet ini mengenai kumparan yang telah dipasang di bagian
belakang smartphone. Maka pada kumparan di smartphone timbul arus listrik yang
seterusnya digunakan untuk mengisi baterai.
Jarak antara kumparan pada
charger (transceiver) dan pada smartphone (receiver) harus sedekat mungkin.
Makin jauh jaraknya, makin kecil listrik yang ditimbulkan pada kumparan di
smartphone. Untungnya para peneliti di MIT pada tahun 2006 telah menemukan
teknik resonansi sehingga jarak antara transceiver dan receiver bisa lebih jauh
dibandingkan dengan induksi biasa. Mereka berhasil memisahkan kedua kumparan
sejauh beberapa meter.
Pada penerapannya, jarak antarkumparan belum sejauh yang
diriset di lab. Standar Qi yang dibuat oleh Wireless Power Consortium
(WPC) misalnya mendukung teknologi resonansi magnetik dengan jarak
sampai sejauh 40 milimeter. Walaupun bagi kita kedengarannya sangat mudah dan
praktis, namun sebenarnya proses yang terjadi di balik itu semua cukup rumit
secara teknis.
Contoh Smartphone yang menggunakan wireless charging adalah
NOKIA Lumia, dan ini merupakan proses bekerjanya wireless chargingnya :
Sebuah transmitter coil diletakkan di bawah (L1) dan
receiver coil (L2) diletakkan di sebelah atas. Kedua coil ini diletakkan di
device yang berbeda. L1 akan diletakkan di Nokie Wireless Charging Plate dan L2
akan diletakkan di Nokia Lumia 920.
Transmitter coil akan menghasilkan medan magnet, yang
menginduksikan voltase listrik di receiver coil. Voltase listrik inilah yang
digunakan untuk mengisi baterai smartphone.
0 komentar:
Posting Komentar