Sakit hati. Galau. Air mata. Dan masih banyak hal
lainnya yang sudah menjadi satu paket dengan keberanian kita --umunya para
remaja-- untuk jatuh cinta. Pikiran selalu tertuju padanya,hand phone tidak
pernah lepas dari genggaman tangan, mata selalu berbinar ketika melihat
sosoknya atau hanya mendapat sms jawaban darinya. Tapi, sekalinya dia
tidak menjawab sms, atau perhatiannya teralih sebentar untuk
perempuan/lelaki lain, hatipun panas. Dan api cemburu pun berkobar tanpa mampu
di cegah. Belajar nggak nafsu, makan nggak nafsu, bawaannya bad moodaja
(oke nggak semua orang mengalami hal separah ini :p).
Dibutakan oleh cinta, kita sering tidak menyadari berapa banyak waktu yang terbuang karenanya. Berapa banyak waktu yang kita gunakan hanya untuk menyiksa diri sendiri dengan semua tetek bengek cinta.
Tidak munafik, aku juga remaja biasa, aku pernah mengalaminya. Aku pernah menghabiskan waktu-waktuku untuk memandangi HP, bete ketika dia nggak balas sms tapi sempat-sempatnyaupdate status (curcol ceritanya, hehe *nutup muka* ), aku pernah mengalami semua rasa sakit itu, waktuku pernah terbuang percuma karenanya. Hingga akhirnya, sebuah kalimat tersebut membuat aku tersadar. Kalimat sederhana yang membuatku terhenyak sesaat.
"Aku mencintaimu karena Allah" begitu yang tertulis di status seorang temanku di Twitter. Astaghfirullah, kemanakah aku selama ini? Aku terlalu sibuk mengurus sakit hati yang aku jabanin dari pagi sampai pagi berikutnya, sibuk terbang jauh melintasi dunia fantasiku, sibuk meredakan degup jantungku, karena aku mencintai mahluk ciptaanNya. Namun aku melupakan satu hal penting, aku melupakan cintaku padaNya. Cinta yang tidak pernah menuntut, tidak pernah menyakiti, selalu menenangkan, tidak pernah berkhianat dan selalu memberi semangat.
Ya Allah kemana saja aku selama ini, hingga aku baru tersadar sekarang. Aku mencintai mahlukMu, bukan karenaMu, namun hanya untuk memuaskan nafsu sesaatku belaka. Hasilnya, ibadahku stagnan, tidak bertambah, cenderung berkurang. Waktuku banyak terbuang percuma. Ya Allah maafkan aku.
Mulai saat ini aku bertekad untuk menilai kualitas cintaku kepada lawan jenis (jika itu bisa disebut cinta, hahaha) dengan melihat kualitas ibadahku. Bertambahkah? Atau justru berkurang?
Ketika akhirnya kutemukan lelaki yang bisa menjadi pemimpin bagiku, menambah keimananku, dan dengan lembutnya mengatakan, "aku mencintaimu karena Allah." Disaat itu juga aku akan tahu bahwa bahtera cintaku sudah menemukan tempat berlabuh.
Hingga saat itu datang, aku akan dengan sabar menanti sembari meningkatkan kualitas diriku. Karena lelaki baik-baik untuk wanita baik-baik dan wanita baik baik untuk lelaki baik baik :)
Jangan pernah menggantungkan sebuah hubungan. Halalkan atau tinggalkan. Pilihan ada di tanganmu Kawan.
Dibutakan oleh cinta, kita sering tidak menyadari berapa banyak waktu yang terbuang karenanya. Berapa banyak waktu yang kita gunakan hanya untuk menyiksa diri sendiri dengan semua tetek bengek cinta.
Tidak munafik, aku juga remaja biasa, aku pernah mengalaminya. Aku pernah menghabiskan waktu-waktuku untuk memandangi HP, bete ketika dia nggak balas sms tapi sempat-sempatnyaupdate status (curcol ceritanya, hehe *nutup muka* ), aku pernah mengalami semua rasa sakit itu, waktuku pernah terbuang percuma karenanya. Hingga akhirnya, sebuah kalimat tersebut membuat aku tersadar. Kalimat sederhana yang membuatku terhenyak sesaat.
"Aku mencintaimu karena Allah" begitu yang tertulis di status seorang temanku di Twitter. Astaghfirullah, kemanakah aku selama ini? Aku terlalu sibuk mengurus sakit hati yang aku jabanin dari pagi sampai pagi berikutnya, sibuk terbang jauh melintasi dunia fantasiku, sibuk meredakan degup jantungku, karena aku mencintai mahluk ciptaanNya. Namun aku melupakan satu hal penting, aku melupakan cintaku padaNya. Cinta yang tidak pernah menuntut, tidak pernah menyakiti, selalu menenangkan, tidak pernah berkhianat dan selalu memberi semangat.
Ya Allah kemana saja aku selama ini, hingga aku baru tersadar sekarang. Aku mencintai mahlukMu, bukan karenaMu, namun hanya untuk memuaskan nafsu sesaatku belaka. Hasilnya, ibadahku stagnan, tidak bertambah, cenderung berkurang. Waktuku banyak terbuang percuma. Ya Allah maafkan aku.
Mulai saat ini aku bertekad untuk menilai kualitas cintaku kepada lawan jenis (jika itu bisa disebut cinta, hahaha) dengan melihat kualitas ibadahku. Bertambahkah? Atau justru berkurang?
Ketika akhirnya kutemukan lelaki yang bisa menjadi pemimpin bagiku, menambah keimananku, dan dengan lembutnya mengatakan, "aku mencintaimu karena Allah." Disaat itu juga aku akan tahu bahwa bahtera cintaku sudah menemukan tempat berlabuh.
Hingga saat itu datang, aku akan dengan sabar menanti sembari meningkatkan kualitas diriku. Karena lelaki baik-baik untuk wanita baik-baik dan wanita baik baik untuk lelaki baik baik :)
Jangan pernah menggantungkan sebuah hubungan. Halalkan atau tinggalkan. Pilihan ada di tanganmu Kawan.
0 komentar:
Posting Komentar